John Perkins –dengan beberapa
bukunya yang diterjemahkan ke Bahasa Indonesia itu memang menghebohkan dan
memberikan informasi tentang banyak hal yang sebelumnya tidak diketahui publik umum-
yang salah-satunya seputar korporatokrasi. Secara sederhana, korporatokrasi
adalah suatu sistem pemerintahan yang dikendalikan, dikuasai atau dijalankan
oleh beberapa korporat. Para korporat ini biasanya para pengusaha kaya raya
atau konglomerat yang memiliki dana lebih dari cukup untuk mengendalikan
kebijakan-kebijakan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain dalam suatu
negara.
Secara praktis biasanya
para konglomerat ini merupakan donator atau penyumbang utama yang menghidupi
para politikus, pejabat-pejabat militer dan kepala-kepala instansi suatu
negara. Potensi negatif yang bisa muncul dari korporatokrasi adalah
kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan yang diundang-undangkan oleh
pemerintah hanya menguntungkan bagi bisnis para konglomerat saja, sehingga
makin menindas golongan ekonomi lemah. Nah, dengan mengetahui apa itu
korporatokrasi, akan sangat memudahkan anda untuk memahami fakta politik abad
ini. Dan tulisan ini merupakan pengakuan langsung secara lisan yang dilakukan oleh
John Perkins dalam film documenter berjudul “Zeitgeist Addendum” yang
ditulis oleh Peter Joseph. Dan sebelum
anda mulai membaca pernyataan-pernyataan John Perkins ini, tak ada salahnya
bila anda terlebih dahulu memperhatikan statement berikut ini: “There are
two to conquer and enslave a nation. One is by sword. The other is by debt”
John Adams (1735-1826)
Berikut petikan pengakuan
John: “We, economic hit men, really have been the ones responsible for creating
this first truly global empire, and we work many different ways. But perhaps
the most common is that we will identify a country that has resources our
corporations covet, like oil, and then, arrange a huge loan to that country from
the World Bank or one of its sister organizations”. Kami, pembunuh bayaran
ekonomi, adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam menciptakan
permasalahan ini secara global, dan kami bekerja dengan berbagai cara. Tapi
mungkin yang paling umum adalah bahwa kami mengidentifikasi negara yang
memiliki sumber daya yang diinginkan oleh perusahaan-perusahaan Amerika kita,
seperti minyak, dan kemudian, mengatur pemberian pinjaman dalam jumlah yang
besar untuk negara tersebut dari Bank Dunia atau salah satu organisasi yang
berhubungan dengannya.
“But the money never
actually goes to to the country. Instead it goes to our big corporations to
build infrastructure projects in that country, power plants, industrial parks,
ports. Things that benefit a few rich people in that country. In addition to
our corporations. But really don’t help a majority of the people at all”. Tetapi
uang yang dimaksud tidak pernah benar-benar diberikan kepada negara peminjam.
Sebaliknya uang tersebut masuk ke perusahaan-perusahaan besar kita untuk
membangun proyek infrastruktur di negara tersebut, pembangkit listrik, kawasan
industri, pelabuhan. Hal-hal yang akan menguntungkan beberapa orang kaya di
negara itu, di samping juga memperkaya perusahaan-perusahaan Amerika kita.
Tetapi pemberian pinjaman tersebut sama sekali benar-benar tidak membantu
sebagian besar orang di sana.
“However, those people,
the whole country is left holding the huge debt. It’s such a big debt they
can’t repay, and that’s part of the plan, they can’t repay it”. Namun,
orang-orang yang tidak merasakan manfaat dari pinjaman itu dan juga seluruh
orang dari negara peminjam kemudian akan memiliki hutang dalam jumlah yang
besar, yang membuat mereka tidak akan sanggup membayarnya kembali, dan itulah
bagian dari rencana, negara peminjam tidak akan mampu membayar pinjamannya.
“And so, in some point, we economic hit men, go back to them and say. “listen,
you owe us a lot of money. You can’t pay your debt. So, sell your oil real
cheap to our oil companies, allow us to build a military base in your country,
or send troops in support of ours to someplace in the world like Iraq, or vote
with us in the next UN vote”. Dalam kondisi seperti ini, kami para economic
hitman akan mendatangi mereka dan akan mengatakan. “Dengar! Anda memiliki hutang
yang cukup besar kepada kami, dan anda tidak sanggup membayar hutang anda
tersebut. Jadi, kami meminta anda untuk menjual minyak anda dengan harga
yang murah kepada perusahaan-perusahan minyak kami, begitu juga izinkan kami
membangun sebuah pangkalan militer di negara anda, anda harus mengirim pasukan
untuk mendukung pasukan kami ke suatu tempat di dunia seperti Irak, atau anda
harus menggunakan suara anda untuk memilih apa yang kami pilih pada voting yang
dilakukan di PBB “.
“They put a country in
debt, and it’s such a big debt it can’t pay it, and then you offer to refinance
that debt, and pay even more interest. And you demand this quid pro quo what
you call a “conditionality” or “good governance” which means basically that
they got to sell off their resources, including many of their social services,
their utility companies, their school systems sometimes, their penal systems,
their insurance systems, to foreign corporations. So it’s a double – triple –
quadruple whammie”. Mereka menempatkan suatu negara dalam hutang yang besar
yang tidak akan sanggup dibayar, kemudian mereka menawarkan untuk
membiayai kembali (menambah) utang tersebut, yang menyebabkan negara peminjam
harus membayar bunga lebih banyak lagi. Lalu mereka menyebutnya dengan
“karena situasi dan kondisi” atau “pemerintahan yang baik” yang artinya negara
tersebut harus menjual sumber daya mereka kepada perusahaan-perusahaan asing,
termasuk pelayanan sosial, perusahaan jasa, terkadang juga sistem pendidikan,
sistem pidana, sistem asuransi. Dan ini benar-benar mengerikan.
Iran (1953)
“The precedent for
economic hit men really began back in the early 50’s when the democratically
elected Mossadegh who was elected in Iran. He was considered to be the hope for
democracy in the middle-east and around the world. He was in Time-Magazine’s
“Man of the Year”. Preseden yang
melibatkan economic hitman dimulai pada awal tahun 50-an, pada saat Mossadegh
terpilih secara demokratis di Iran. Dia dianggap sebagai harapan bagi demokrasi
di Timur Tengah dan juga di seluruh dunia. Dia juga dinobatkan sebagai “Man of
the Year” oleh Majalah Time Magazine. “But, one of the things that he
brought on and began to implement was the idea that foreign oil companies
needed to pay the Iranian people a lot more for the oil that they were taking
out of Iran and the Iranian people should benefit from their own oil”. Tapi,
salah satu hal yang kemudian dia terapkan adalah gagasan bahwa perusahaan
minyak asing harus membayar kepada rakyat Iran untuk minyak yang telah mereka
ambil dan rakyat Iran haruslah merasakan manfaat dari minyak mereka sendiri.
“We didn’t like that of
course. But we were afraid to do what we normally were doing, which was to send
in the military. Instead we sent in one CIA agent, Kermit Roosevelt, Teddy
Roosevelt’s relative. And Kermit went in with a few million dollars, and was
very very effective, and efficient and in a short amount of time, he managed to
get Mossadegh overthrown and brought in the Shah of Iran to replace him, who
always was favorable to oil. And it was extremely effective”. Kita (Amerika) tidak menyukai gagasan tersebut.
Tapi kita takut untuk melakukan apa yang biasanya kita lakukan, yaitu mengirim
militer. Sebaliknya, kita mengirim agen CIA, yang bernama Kermit Roosevelt,
yang merupakat kerabat dari Teddy Roosevelt. Dengan beberapa juta dolar, secara
sangat efektif, efisien dan dalam waktu singkat, ia berhasil membuat Mossadegh
digulingkan dan kemudian mendatangkan Shah Iran untuk menggantikannya, yang
selalu akan memberikan keuntungan kepada kita berupa minyak. Dan itu sangatlah
efektif.
“So back here in United
States, in Washington, people looked around and said: “wow, that was easy and
cheap”. Sedangkan di sini di
Amerika Serikat, di Washington, orang-orang melihat sekeliling dan berkata:
“wow, penggulingan itu sangatlah mudah dan murah”. “So this established
a whole new way of manipulating countries of creating empire. The only problem
with Roosevelt was that he was a card carrying CIA agent and if he’d been
caught, the ramifications could have been pretty serious”. Jadi
beginilah caranya untuk memanipulasi banyak negara dalam membangun
pemerintahan. Satu-satunya masalah dengan Roosevelt (Kermit Roosevelt) adalah
bahwa ia merupakan seorang agen yang membawa kartu CIA, dan jika ia tertangkap,
konsekuensinya bisa menjadi sangat serius.
“So very quickly, at
that point, the decision was made to use private consultants to channel the
money through the World Bank or the IMF or one of the other such agencies, to
bring in people like me, who work for private companies. So that if we got
caught, there will be no governmental ramifications”. Jadi dengan
sangat cepat, pada saat itu, dibuatlah keputusan untuk menggunakan konsultan
swasta untuk menyalurkan uang melalui Bank Dunia atau IMF atau salah satu
lembaga yang seperti itu, yang kemudian membawa orang-orang seperti saya,
yang bekerja untuk perusahaan swasta. Sehingga jika kami tertangkap, tidak akan
ada konsekuensi apapun.
Guatemala (1954)
“When Árbenz became
president of Guatemala, the country was very much under the thumbs of United
Fruit Company and the big international corporations. And Árbenz ran on this
ticket that said: “You know, we want to give the land back to the people”. And
once he took power, he was implementing policies that would do exactly that,
give the land rights back to the people”. Ketika Árbenz menjadi presiden
Guatemala, negara itu berada di bawah kendali perusahaan “United Fruit” dan
perusahaan-perusahaan internasional yang besar. Dan Arbenz menggunakan dasar ini
untuk kemudian berkata: “Anda tahu, kami ingin memberikan lahan kepada rakyat”.
Dan ketika ia memegang kekuasaan, ia lalu menerapkan kebijakan yang akan
mewujudkan pengembalian hak atas tanah kepada rakyat.
“United Fruit” didn’t
like that very much. And so, they hired a public relations firm, launched a
huge campaign in the United States, to convince the United States people, the
citizens of United States, the press of United States and the congress of the
United States, that Árbenz was a Soviet puppet. And that if we allowed him to
stay in power, the Soviets would have a foothold in this hemisphere”. “United Fruit” jelas sangat tidak menyukainya. Jadi,
mereka kemudian menyewa sebuah firma yang bergerak di bidang hubungan publik,
untuk meluncurkan kampanye besar-besaran di Amerika Serikat, untuk meyakinkan
warga, pers, dan kongres Amerika Serikat, bahwa Arbenz adalah boneka uni
Soviet. Dan jika dia terus berkuasa, Soviet akan memiliki pijakan di belahan
bumi ini.
“And at that point in
time there was a huge fear on everybody’s mind, of the red terror, the
communist terror. And so, to make a long story short, out of this public
relations campaign came a commitment on the part of the CIA and the military to
take this man out. And in fact we did, we sent in planes, we sent in soldiers,
we sent in jackals, we sent everything in to take him out. And did take him out”.
Dan pada titik ini timbullah ketakutan
besar dalam pikiran banyak orang, tentu saja tentang teror komunis. Dan untuk
membuat cerita panjang menjadi ringkas terutama keluar dari ranah publik,
lahirlah komitmen dari CIA dan militer untuk menjatuhkan presiden ini. Lalu
kita mengirim pesawat, tentara, pembunuh bayaran, yang pasti kita mengirimkan
segala sesuatu yang diperlukan ke sana untuk menjatuhkannya. Dan kita berhasil
menjatuhkannya. And as soon as he was removed from office, the new guy
that took over after him basically reinstated everything to the big
international corporations, including “United Fruit”. Dan segera setelah
ia dipindahkan dari pemerintahan, orang baru yang mengambil alih posisinya
setelah dia kembali menyerahkan semuanya ke perusahaan besar internasional,
termasuk “United Fruit”.
Ecuador
(1981)
“Ecuador, for many many
years had been ruled by pro-US dictators, often relatively brutal. Then it was
decided they will have a truly democratic election. Jaime Roldos ran for office
and his main goal, he said, as president would be to make sure that Ecuador’s
resources were used to help the people. And he won, overwhelming, by more votes
than anybody had ever won anything in Ecuador. And he began to implement these
policies, to make sure that the profits from oil went to help the people”. Ekuador,
selama bertahun-tahun berada di bawah pemerintahan diktator yang pro Amerika
Serikat, dan mereka seringkali sangat brutal. Lalu diputuskanlah akan ada
pemilu yang demokratis. Jaime Roldós pun juga terlibat dalam pemilihan ini, dan
tujuan utamanya sebagai presiden adalah memastikan bahwa sumber daya Ekuador
hanya digunakan untuk membantu rakyat. Dan dia menang besar, dengan suara yang
jauh lebih dari siapa pun yang pernah memenangkan apa pun di Ekuador. Dia
kemudian mulai menerapkan kebijakan ini, untuk memastikan bahwa keuntungan dari
minyak hanya digunakan untuk menutupi kebutuhan rakyat.
“Well, we didn’t like
that in the United States. I was send down as one of several economics hitman
to change Roldos, to corrupt him, to bring ‘em around, to let him know. “Ok,
you know, you can get very rich, you and your family, if you play our game. But
if you continue to try to keep this policy you’ve promised, you’re gonna go”. Kita tidak menyukai itu terjadi. Saya kemudian
dikirim sebagai salah satu economic hitman untuk mengubah pandangan Roldós,
untuk memperdayai dia, untuk memberitahu: “Ok, anda tahu, anda bisa menjadi
sangat kaya, anda dan keluarga anda, jika anda berbuat seperti yang kami
inginkan tentunya. Tetapi jika anda terus mencoba untuk tetap melaksanakan
kebijakan yang pernah anda janjikan itu, anda akan berakhir”. “He wouldn’t
listen! He was assassinated!” Dia tidak mau mendengar dan kemudian
dibunuh.
“As soon as the plane
crashed, the whole area was cordoned off. The only people allowed there were US
military from a nearby base and some of the Ecuadorian military. When an
investigation was launched, two of the key witnesses died in a car accidents
before they have a chance to testify. A lot of very very strange things that
went on around the assassination of Jaime Roldos”. Segera setelah pesawat jatuh, seluruh wilayah itu
dikepung. Orang-orang yang diperbolehkan hanya militer Amerika Serikat dari
pangkalan terdekat dan beberapa militer Ekuador. Ketika penyelidikan
diluncurkan, dua orang yang menjadi saksi kunci meninggal dalam sebuah
kecelakaan mobil sebelum mereka memiliki kesempatan untuk bersaksi. Banyak hal
yang sangat sangat aneh yang terjadi di sekitar pembunuhan Jaime Roldós.
“I, like most of people
who’ve really looked at this case, have absolutely no doubt that it was an
assassination. And, of course, in my position as an economic hitman, I was
always expecting something to happen to Jaime, whether it’d be a coup or
assassination, I wasn’t sure, but that he would be taken down, because he was
not being corrupted, he would not allow himself to be corrupted the way we
wanted to corrupt him”. Saya, seperti kebanyakan orang yang pernah
benar-benar melihat hal ini, sama sekali tidak meragukan bahwa itu adalah
pembunuhan. Dan, tentu saja, dalam posisi saya sebagai seorang economic hitman,
saya selalu menduga sesuatu akan terjadi pada Jaime, apakah itu kudeta ataupun
pembunuhan, saya tidak yakin, tapi dia akan digulingkan, karena dia bukanlah
seorang yang kotor, ia tidak akan membiarkan dirinya dikotori, sebaliknya
kitalah yang ingin mengotori dan merusak dia.
Panama (1981)
“Omar Torrijos, the
President of Panama was, you know, one of my favorite people, I really really
liked him. He was very charismatic, he was a guy who really wanted to help his
country”. Omar Torrijos, Presiden Panama adalah salah satu kebanggaan
saya, saya benar-benar menyukainya. Dia sangat karismatik, dia adalah seorang
pria yang benar-benar ingin membantu negaranya. “And when I try to bribe
him or corrupt him, he said: “Look John –he called me Juanito-!”. He said:
“Look Juanito! I don’t need the money. What I really need is for my country to
be treated fairly. I need for the US to repay the debts that you owe my people
for all the destruction you’ve done here. I need to be in a position where I
can help other latin American countries win their independence and be free of
this terrible presence from the north. You people are exploiting us so badly. I
need to have the Panama Canal back in the hands of the Panamian people. That’s
what I want. And so, leave me alone, you known, don’t try to bribe me”. Dan
ketika saya mencoba menyuapnya atau merusak dirinya, ia berkata: “Lihat John
-dia memanggil saya dengan nama Juanito-!”. Dia berkata: “Lihat Juanito! Aku
tidak membutuhkan uang. Apa yang aku perlukan adalah agar negaraku diperlakukan
secara adil. Saya menginginkan Amerika Serikat untuk membayar kembali hutang
kepada rakyat saya terutama untuk semua kerusakan yang telah anda lakukan di
sini. Dan saya harus di posisi di mana saya dapat membantu negara-negara latin
Amerika lainnya untuk memenangkan kemerdekaan mereka dan bebas dari kehadiran
kekuatan yang mengerikan dari utara. Kalian mengeksploitasi kami begitu buruk.
Saya perlu menarik kembali Terusan Panama untuk berada di tangan rakyat Panama.
Itulah yang saya inginkan. Jadi, biarkan aku sendiri dan jangan sekali-kali
anda mencoba untuk menyuap saya“.
“It was 1981, and in
May, Jaime Roldos was assassinated. And Omar was very aware of this. Torrijos
got his family together and he said: “I’m probably next but that’s ok, because
I’ve done what I came here to do, I renegotiated the Canal. The Canal will now
be in our hands, we just finished negotiating the treaty with Jimmy Carter”. Itu terjadi pada tahun 1981, di mana pada bulan
Mei tahun tersebut Jaime Roldós dibunuh. Dan Umar sangat menyadari hal ini.
Torrijos mengumpulkan keluarganya bersama-sama dan ia berkata: “Saya mungkin
akan menjadi korban pembunuhan berikutnya tapi itu tidak masalah, karena saya
sudah melakukan apa yang harus saya lakukan di sini, saya telah melakukan
negosiasi ulang tentang Terusan Panama. Dan terusan itu sekarang akan berada di
tangan kita, karena kita baru saja selesai melakukan negosiasi perjanjian
dengan Jimmy Carter “.
“In June of the same
year, just a couple of month later, he also went down in an airplane crash,
which there is no question, was executed by CIA sponsored jackals. A tremendous
amount of evidence that one of Torrijo’s security guards handed him at the last
moment as he was getting on the plane, a tape recorder. A small tape recorder
that contained a bomb”. Pada bulan
Juni di tahun yang sama, hanya beberapa bulan kemudian, ia juga digulingkan
melalui sebuah kecelakaan pesawat, yang tidak pernah dibayangkan, yaitu bahwa
dia dibunuh oleh pembunuh bayaran yang dibiayai oleh CIA. Di antara sejumlah
besar bukti yang ada adalah bahwa salah satu penjaga keamanan Torrijo
menyerahkan kepada dirinya sebuah tape recorder pada saat terakhir ketika ia
naik ke pesawat. Sebuah tape recorder kecil yang berisi bom.
Venezuela
(2002)
“It is interesting to
me how this system has continued pretty much the same way for years and years,
and years, except the economic hitmen have gotten better and better and better.
Sungguh sangat menarik buat saya bagaimana sistem ini bisa terus berlangsung
dengan cara yang sama selama bertahun-tahun, di mana para economic hitman telah
menjadi semakin lebih baik. Then we coped with, very recently, what
happened in Venezuela. In 1998, Hugo Chavez gets elected president, following a
long line of presidents who’d been very corrupt and basically destroyed the
economy of the country. And Chavez was elected amidst all that. Chavez stood up
to the United States and he’d done it primarily by demanding that Venezuelian
oil be used to help Venezuelian people”. Kemudian kita dikejutkan dengan
apa yang terjadi di Venezuela. Pada tahun 1998, Hugo Chavez terpilih sebagai
presiden, mengikuti garis panjang presiden yang sudah sangat korup dan
sesungguhnya telah menghancurkan perekonomian negara. Dan Chavez terpilih di
tengah-tengah kondisi seperti itu. Chavez berdiri untuk menentang Amerika
Serikat dan ia menuntut agar minyak Venezuela harus digunakan untuk manfaat dan
kebutuhan orang Venezuela.
“Well, we didn’t like
that in United States. So, in 2002, a coup was staged, which was no question in
my mind, in most other people minds, that the CIA was behind that coup. The way
that coup was fomented was very reflective of what Kermit Roosevelt had done in
Iran, of paying people to go out onto the streets, to riot, to protest, to say
that Chavez was very unpopular”. Kita
yang di Amerika Serikat tidak menyukai itu terjadi. Sehingga pada tahun 2002,
kudeta dilancarkan, yang tidak akan menjadi pertanyaan dalam pikiran saya, dan
juga dalam kebanyakan pikiran orang-orang, bahwa CIA berada di balik kudeta
itu. Cara pelaksanaan kudeta itu sendiri sangat mirip dengan apa yang dilakukan
oleh Kermit Roosevelt di Iran, membayar orang-orang untuk turun ke jalan-jalan,
agar terjadi kerusuhan, melakukan protes, dan mengatakan bahwa Chavez sangat tidak
layak dipertahankan.
“You know, if you can
get a few thousand people to do that, television can make it look like it’s the
whole country and things start to mushroom. Except in the case of Chavez, he
was smart enough and the people were so strongly behind him that they overcame
it, which was a phenomenal moment in the history of Latin America”. Anda tahu, jika anda bisa mendapatkan beberapa
ribu orang untuk melakukan itu, televisi dapat membuatnya terlihat seakan-akan
peristiwa tersebut terjadi di seluruh negera tersebut dan kemudian semuanya
akan menjamur. Kecuali dalam kasus Chavez, karena ia cukup pintar dan
orang-orang yang berada di belakangnya sangatlah kuat dan sanggup mengatasi
gejolak seperti itu, dan itu merupakan saat yang fenomenal dalam sejarah
Amerika Latin.
Iraq (2003)
“Iraq actually is a
perfect example of the way the whole system works. So, we economic hit men, are
the first line defense. We go in, we try to corrupt the governments and get
them to accept this huge loans, which we then use as leverage to basically own
them”. Irak sebenarnya adalah contoh sempurna dari seluruh cara
bagaimana sistem ini bekerja. Kami sebagai economic hitman, adalah garis
pertahanan pertama. Kami masuk untuk mencoba merusak pemerintah dan membuat
mereka untuk menerima pinjaman besar, yang kemudian kita gunakan sebagai
pengaruh yang pada dasarnya adalah kesempatan untuk menggenggam mereka.
“If we fail as I failed
in Panama with Omar Torrijos and Ecuador with Jaime Roldos, men who refuse to
be corrupted. Then the second line of defense is we send in the jackals, and
the jackals either overthrow governments or they assassinate. And once that
happens and a new government comes in it, boy it’s gonna toe the line because
that new president knows what will happen if he doesn’t”. Jika kami gagal seperti saya yang pernah gagal di
Panama dengan Omar Torrijos dan di Ekuador dengan Jaime Roldós, pria yang
menolak untuk disuap. Kemudian pada garis pertahanan kedua kita akan
mengirimkan para pembunuh bayaran, dan pembunuh bayaran tersebut baik
digerakkan untuk melakukan penggulingan terhadap suatu pemerintahan ataupun
untuk membunuh kepala pemerintahan itu. Ketika itu terjadi dan pemerintahan
yang baru dibentuk akan patuh karena presiden baru tersebut tahu apa yang akan
terjadi jika dia tidak menurut.
“In the case of Iraq,
both of those things failed. The economic hit men were not able to get through
to Saddam Hussein. We tried very hard, we tried to get him to accept the deal
very similar to what the house of Saud had accepted in Saudi Arabia, but he
wouldn’t accept it. And so the jackals went in to take him out. They couldn’t
do it, his security was very good. After all, he at once time, had worked for
CIA. He’d been hired to assassinate a former president of Iraq and failed, but
he knew the system”. Dalam kasus
Irak, kedua hal tersebut gagal. Para economic hitman tidak dapat bertemu dengan
Saddam Hussein. Kami berusaha keras, kami mencoba untuk membuat dia mau
menerima kesepakatan yang sangat mirip dengan apa yang telah disepakati dengan
Raja Saud di Arab Saudi, tetapi dia tidak mau menerimanya. Sehingga pembunuh
bayaran dikirim untuk membunuhnya. Tetapi mereka tidak bisa melakukannya,
karena para penjaga keamanannya sangat ketat. Dan pada saat yang bersamaan,
Saddam pernah bekerja untuk CIA. Dia pernah disewa untuk membunuh mantan
presiden Irak sebelumnya dan ia gagal, tetapi ia mengetahui bagaimana sistem
itu digerakkan.
“So in 91, we send in
the troops and we take out the Iraqi military. So, we assumed at that point
that Saddam Hussein is gonna come around. We could have taken him out of course
at that time, but we didn’t want it. He’s the kind of strong man we like. He
controls his people, we thought he could control the Kurds, and keep the
Iranians in their border and keep pumping oil for us. And that once we took out
this military, now he’s gonna come around”. Sehingga pada tahun 1991,
kami mengirimkan pasukan untuk menghancurkan militer Irak. Jadi, kita asumsikan
pada saat itu bahwa Saddam Hussein akan segera ditaklukkan. Dan kami bisa saja
membunuhnya pada waktu itu, tapi kami tidak menginginkan itu terjadi. Dia
adalah orang yang kuat yang kita sukai. Dia mengendalikan rakyatnya, kami pikir
ia bisa mengendalikan orang Kurdi, dan menjaga Iran tetap berada di perbatasan
mereka serta tetap memberikan minyak untuk kita. Dan sekali kita mengerahkan
kekuatan militer, pastilah dia akan menyetujui kesepakan yang kita inginkan.
“So, the economic hit
men go back in the 90’s without success. If they’d had success he’d still be
running the country. We’d be selling him all the jet fighters he wants and
everything he wants. But they couldn’t, they didn’t have success. The jackals
couldn’t take him out again, so we sent the military in once again and this
time we did the complete job and took him out”. Jadi, para
economic hitman kembali dari perang Irak pada 90-an dengan kegagalan. Jika
mereka berhasil pada saat itu, pastilah dia masih akan memimpin Irak. Lalu kami
akan menjual kepada dia semua jet tempur yang dia inginkan, begitu juga dengan
segala sesuatu yang dia inginkan. Tetapi mereka tidak bisa melakukannya dan
gagal. Jadi kami kemudian mengirim militer sekali lagi dan kali ini kami
melakukan pekerjaan yang sempurna dan berhasil menundukkannya. “So, Iraq
shows the three stages. The economic hit men failed there, the jackals failed
there, and as final measure the military goes in”. Jadi, Irak mengalami tiga fase. Para
economic hitman pernah gagal di sana, pembunuh bayaran juga gagal, dan kemudian
pada fase akhir militerlah yang dikirim.
“And in that way we’ve
really created an empire, but we’ve done it very very subtly. It’s clandestine.
All empires of the past were built on the military, and everybody knew they
were building them. The British knew they were building them, the French, the
Germans, the Romans, the Greeks, and they were proud of it. They always had
some excuse like spreading civilization, spreading some religion, something
like that, but they knew they were doing it”. Dengan cara
seperti itulah kita menciptakan sebuah pemerintahan yang berkuasa, tapi kita
melakukannya dengan sangat halus. Ini pekerjaan yang dilakukan secara rahasia.
Semua kerajaan masa lalu dibangun dengan cara militer, dan semua orang tahu
itu. Orang Inggris tahu militerlah yang membentuk mereka, begitu juga dengan
Perancis, Jerman, Romawi, Yunani, dan mereka bangga dengan hal itu. Mereka
selalu punya alasan seperti untuk penyebaran peradaban, penyebaran agama
tertentu, hal-hal seperti itu, tetapi mereka tahu bahwa mereka melakukannya. “We
don’t ………!” Sedangkan kita tidak tahu.
“The majority of the
people in United States have no idea that we’re living off the benefits of the
clandestine empires, that today there is more slavery in the world than ever
before. Then you have to ask yourself: “Well, if it’s an empire, then who is
the emperor?” Sebagian besar orang
di Amerika Serikat tidak tahu bahwa kita hidup dari manfaat kerajaan
(pemerintahan) yang dibentuk secara rahasia tersebut, sedangkan hari ini
terdapat perbudakan di dunia ini melebihi sebelumnya. Tentu saja kemudian anda
harus bertanya pada diri sendiri: “Nah, jika itu sebuah kerajaan, maka siapa
Kaisarnya?” “Obviously our presidents of the United States are not
emperors. An emperor is someone who is not elected, doesn’t serve a limited
term and doesn’t report to anyone essentially. So you can’t classify our
presidents that way. But we do have what I consider to be the equivalent of the
emperor, and it’s what I call the “Corporatocracy”. Jelas presiden
Amerika Serikat bukanlah seorang Kaisar. Kaisar adalah seseorang yang tidak
dipilih, tidak melayani dalam jangkauan terbatas dan tidak perlu melaporkan
pekerjaannya kepada siapapun. Jadi Anda tidak dapat mengklasifikasikan presiden
Amerika seperti itu. Tetapi kita memiliki apa yang saya anggap setara dengan
posisi kaisar, dan itulah yang saya sebut dengan “korporatokrasi”.
“Corporatocracy is this
group of individuals who run our biggest corporations, and they really act as
the emperor of this empire. They control our media, either through direct
ownership or advertising. They control most of our politicians because they
finance their campaigns, either through the corporations or through personal
contributions that come out of the corporations”. Korporatokrasi adalah kelompok individu yang
menjalankan korporasi terbesar kita, dan mereka benar-benar bertindak sebagai
kaisar dari kekaisaran ini. Mereka mengendalikan media kita, baik melalui
kepemilikan langsung atau melalui periklanan. Mereka mengendalikan sebagian
besar politisi kita karena mereka membiayai kampanye mereka sebelumnya, baik
melalui perusahaan ataupun melalui kontribusi pribadi seseorang atau personal.
“They’re not elected, then don’t serve a limited term, they don’t report to
anybody, and at the very top of corporatocracy you really can’t tell whether
the person is working for a private corporation or the government because
they’re always moving back and forth”. Mereka tidak dipilih, juga tidak
melayani dalam jangkauan terbatas, mereka tidak melaporkan pekerjaan mereka
kepada siapa pun, dan di bagian paling atas dari korporatokrasi ini, anda
benar-benar tidak bisa mengatakan apakah orang itu bekerja untuk perusahaan
swasta atau pemerintah, karena mereka selalu bergerak maju dan mundur.
“So you’ve got a guy
who is one moment is the president of a big construction company like
Haliburton. And the next moment, he’s Vice President of the United States or
the President who was in the oil business. And this is true whether you get
Democrats or Republicans in the office. You have this moving back and forth
through a revolving door”. Jadi
Anda sebenarnya sudah memiliki kriteria seorang pria yang seperti itu di mana
dia pernah menjadi presiden dari sebuah perusahaan konstruksi besar seperti Haliburton.
Dan saat berikutnya, dia menjadi Wakil Presiden Amerika Serikat atau Presiden
untuk dunia bisnis perminyakan. Dan kondisi seperti ini akan berlaku apakah
Anda memilih orang-orang dari Partai Demokrat ataukah dari Partai Republik
untuk memimpin pemerintahan. Dan anda sendiri pun dengan ini bergerak
bolak-balik (maju mundur) melalui sebuah pintu yang diputar.
“And in a way, our
government is invisible a lot of the time, and policies are carried out by our
corporations on one level or another. And then again, the policies of the
government are basically forged by the corporatocracy, and then presented to
the government and they become government policy. There is an incredibly cozy
relationship”. Dan dengan cara
itu, pemerintah kita selalu menjadi tidak terlihat, dan kebijakan-kebijakan itu
pun dilakukan dan digerakkan oleh korporasi-korporasi kita pada semua
tingkatan. Dan sekali lagi, kebijakan-kebijakan pemerintah pada dasarnya
dibentuk oleh korporatokrasi, dan kemudian dipresentasikan kepada pemerintah
yang kemudian menjadi kebijakan yang diambil dan dilakukan oleh pemerintah itu
sendiri. Tentu saja ada hubungan yang sangat nyaman terjadi di antara keduanya.
“This isn’t a conspiracy theory type of thing, these people don’t have to
get together an plot to do things. They all basically work under one primary
assumption, and that is that they must maximize profits regardless of the
social and environmental costs”. Ini bukan teori konspirasi di mana
orang-orang harus berkumpul membuat rencana untuk melakukan sesuatu. Mereka
semua pada dasarnya bekerja di bawah satu asumsi dasar, dan itu adalah
memaksimalkan keuntungan yang terlepas dari biaya yang harus dikeluarkan untuk
biaya sosial dan lingkungan.
“The largest
environmental lawsuit in the history of the world today is being brought on
behalf 0f 30.000 Ecuadorian and Amazonian people against Texaco, which is now
owned by Chevron, so, it’s against Chevron. But for activities conducted by
Texaco”. Gugatan yang berhubungan dengan lingkungan
terbesar dalam sejarah dunia saat ini dilakukan oleh 30,000 orang Ekuador dan
orang-orang Amazon terhadap Texaco, yang kini dimiliki oleh Chevron, Dalam
bahasa lain, gugatan itu sebenarnya dilakukan terhadap Chevron. Tapi tentu saja
untuk kegiatan yang dilakukan oleh Texaco. “They’re estimated to be more
than 18 times what the Exxon Valdez dumped into the Coast of Alaska. In the
case of Ecuador it wasn’t an accident. The oil companies did it intentionally.
They knew they were doing it to save money rather than arranging for proper
disposal”. Limbah yang mereka
buang secara serampangan diperkirakan melebihi 18 kali dari limbah Exxon Valdez
yang dibuang di Pantai Alaska. Dalam kasus Ekuador, tentu saja itu bukan sebuah
kecelakaan. Perusahaan-perusahaan minyak melakukannya dengan sengaja. Mereka
tahu bahwa mereka melakukannya untuk menghemat uang daripada harus mengelurkan
biaya yang banyak untuk mengatur pembuangan limbah secara tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar