Oleh
William
Montgomery Watt
Persepsi Yahudi
Karena
ini adalah konsepsi kenabian dan sejarah nabi-nabi yang dipegangi oleh kaum
muslimin awal, maka bagi mereka tidak mungkin mempunyai ide yang cukup tentang
Yahudi dan Nasrani (Kristen). Penting pula dikatakan berapa banyak yang tidak
disebutkan di dalam Al-Qur'an, karena itu penulis modern barat dengan
pengetahuan agama-agama tersebut yang mempunyai kerangka pikir dengan
rincian-rincian pas yang diberikan, tentu saja berbeda dengan yang dijelaskan
di dalam Al- Qur'an. Didalamnya ada kisah-kisah tentang Nabi Nuh, Ibrahim dan
Musa (yang semuanya dianggap sebagai nabi) dan karakter-karakter lain di dalam
Perjanjian Lama. Sebaliknya sama sekali tidak memuat indikasi yang diberikan
tentang bagaimana nabi-nabi itu saling berkaitan satu sama lain dalam zaman.
Demikian pula ada berbagai kisah tentang nabi Musa yang terinci semenjak masa
infasinya, dan seterusnya, akan tetapi tentang kisah-kisah kejadian ini
disuguhkan secara terpisah-pisah dan tidak disuguhkan secara kronologis dalam
satu sajian yang berurutan.
Ada
ide yang terdapat pada serentetan nabi-nabi pada bangsa Israel. Bangsa ini
disebut sebagai Banu Israel (anak-anak keturunan Israel) di banyak cara yang
sama sebagai suku-suku Arab yang acapkali dipanggil sebagai Banu N (anak- anak
keturunan N). Namun hal itu asal-usulnya diduga didasarkan pada kitab suci yang
diberikan kepada Musa, kepada Nabi. Ayat Al-Qur'an berikut ini mengatakan: [3] Sesungguhnya
Kami telah mendatangkan Al-Kitab (Taurat) kepada Musa dan Kami telah
menyusulinya berturut-turut sesudah itu dengan rasul-rasul.
Kontinuitas
Bani Israel sebagai sebuah suku bangsa boleh jadi ditandai oleh pernyataan di bawah
ini: [4] Kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishaq dan Ya'kub, dan Kami jadikan
kenabian dan Al-Kitab pada keturunannya.
Di
pihak lain, ketika Muhammad SAW sendiri menghadapi penolakan dan penentangan
oleh orang-orang Yahudi Madinah sebagai nabi, Al-Qur'an mengatakan (2: 130)
bahwa setelah Ibrahim dipilih putra-putranya dan Ya'kub untuk tunduk menyerah
(sebagai muslim) kepada Tuhan semesta alam, dan Ya'kub demikian pula Allah
telah memilih anak-anaknya dan mereka telah memilih agama (Islam) ini, yaitu suatu
komunitas yang telah lalu.
Lebih
jauh perlu dicatat bahwa di dalam Al-Qur'an, tidak ada kisah tentang Joshua dan
perkampungan Bani Israel di Negeri Yang Dijanjikan. Tidak ada informasi tentang
bangunan kerajaan yang dipimpin oleh nabi Dawud, tidak ada informasi tentang
pengusiran dan kembali dari pengasingan bangsa Israel. Ada ayat Al-Qur'an (17:
4-7) yang mengisahkan tentang peringatan yang diberikan kepada Bani Israel
dengan dua hukuman, dan satu hukuman menjadi pengusiran, namun pengusiran ini
tidak diinformasikan secara eksplisit. Di dalam Al- Qur'an, Dawud menyebut
dirinya sebagai nabi yang menerima kitab suci yang disebut dengan nama Zabur
yang diambil menjadi kitab Mazmur (Amsal Sulaiman) (4: 163; 17: 55).
Gunung-gunung dan burung-burung dikatakan telah bersama-sama dengan Dawud dalam
memuji Allah. Ini dapat menjadi petunjuk ke ayat-ayat (surat-surat) dalam kitab
Mazmur yang mengatakan tentang makhluk-makhluk untuk memuji Tuhan. [5] Baik
Nabi Dawud maupun Nabi Sulaiman, keduanya telah diberikan (batas) kekuasaan
(21: 78-80) yang menyebutkan bahwa raja Dawud adalah raja yang kuat (38: 20) .
Demikian juga dikatakan bagaimana Nabi Dawud membuat baju besi (34: 10 dan
seterusnya; 38: 17-20). Walaupun demikian, semuanya ini gagal membuat ide
tentang signifikansi Dawud di dalam sejarah bangsa Israel.
Musa
dikatakan sebagai nabi atau rasul yang menerima sebuah kitab suci yang
diturunkan oleh Allah yang diberi nama kitab Taurat (6: 154; bandingkan dengan
5: 44). Sementara kata Taurat ini dapat diidentikkan dengan nama Torah, yang di
dalam Al-Qur'an dinyatakan bahwa umat Islam tidak boleh memberi ide tentang
karakter Pentateuch, kitab Perjanjian Lama masih tetap kurang sebagai suatu
keseluruhan, karena kitab Taurat ini secara luas berisikan tentang undang-undang
hukum. Dimanapun juga tidak dikatakan bahwa materi historis tentang Nabi Nuh,
kepala keluarga, awal kehidupan Nabi Musa dan Exodus yang berasal dari Taurat.
Memang benar, di dalam Al-Qur'an ada materi historis tentang berbagai peristiwa
yang terjadi pada sejarah terdahulu, namun, lebih dari memberi informasi segar
tentang hal-hal yang gaib. Hal ini rupanya malah menggambarkan pelajaran dari
peristiwa-peristiwa yang terjadi yang segera akan mereka ketahui. Berdasarkan
tujuan ini, penjelasan ringkas atau petunjuk yang cukup, seperti yang dapat
dilihat oleh pembandingan ayat tentang Nabi Nuh yang telah dikutip di dalam
pernyataan Biblikal.
Keterangan
di atas tidak menjelaskan mengapa perlu adanya nabi-nabi. Barangkali karena
bangsa Israel jatuh lagi ke dalam kekufuran yang hampir menuju paganisme
(menyembah berhala):
Dan
sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israel dan telah Kami
ambil di antara dua belas orang pemimpin dan Allah berfirman: Sesungguhnya Aku
beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat serta beriman kepada
rasul-rasulKu dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman
yang banyak (menafkahkan harta untuk menunaikan kewajiban dengan hati yang
ikhlas), sesungguhnya Aku akan menghapus dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu
akan Ku-masukkan ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai. Maka
barang siapa yang kafir di antara kamu sesudah itu, sesungguhnya dia telah
tersesat dari jalan yang lurus. (Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami
kutuk mereka dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. (5: 12, dan
seterusnya)
Pernyataan
yang lebih positif adalah ayat di bawah ini: Sesungguhnya Kami telah menurunkan
kitab Taurat di dalamnya, (ada) petunjuk dan cahaya yang menerangi. Yang dengan
kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerahkan
diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka,
disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi
saksi terhadapnya (5: 44). Juga ada petunjuk-petunjuk yang kurang jelas tentang
pelanggaran-pelanggaran bangsa Yahudi di dalam 7: 167-169.
Setelah
hadir di Madinah, Nabi Muhamad SAW segera mengadakan kontak dengan
kelompok-kelompok masyarakat Yahudi yang ada di sana, dan Al-Qur'an tidak
memberikan argumen-argumen yang mengejutkan yang dapat digunakan untuk
menyerang mereka, terutama menyerang pernyataan mereka yang tentu dengan
sendirinya mereka telah mempunyai pengetahuan yang benar tentang Allah. Argumen
apologetik utama yang dihadirkan bahwa Al-Qur'an mendatangkan agama Ibrahim
yang benar, yang menjadi orang hanif atau orang muslim (dalam artian yang
umum), dan bukan menjadi orang Yahudi atau orang Nasrani. [6] Pernyataan
terakhir ini dengan tegas-tegas menyatakan kebenaran, walaupun fakta
menunjukkan bahwa umat Yahudi dan umat Nasrani merujuk Ibrahim sebagai
asal-usul (bapak) agama mereka, dan ini membuktikan bahwa ada pengetahuan
tentang Allah yang benar yang berasal dari agama Yahudi atau agama Nasrani.
Walaupun demikian, semua argumen ini tidak membantu umat Islam untuk membentuk
ide yang jelas tentang Judaisme atau agama Yahudi.
Sumber: TITIK TEMU ISLAM DAN KRISTEN, Persepsi
dan Salah Persepsi oleh William Montgomery Watt, Penerjemah: Zaimudin. Hak
Terjemahan pada Penerbit Gaya Media Pratama Jakarta. Desain Sampul: Salimi
Akhmad. Diterbitkan Oleh Penerbit Gaya Media Pratama Jakarta. Dicetak Oleh
Percetakan Radar Jaya Jakarta Anggota IKAPI Cetakan 1, 1996
Tidak ada komentar:
Posting Komentar