An Nidaa Lil Watan


Akhir-akhir ini, kekuatan Setan Besar dengan menggunakan pemerintahan yang menyeleweng dari ajaran Islam, yang selalu berbohong atas nama Islam, terus-menerus berupaya untuk menyingkirkan Al-Qur’an. Untuk mengokohkan tujuan syaitaniah ini, negara adidaya dunia turut membantu pula mencetak Al-Qur’an dengan indah dan mengirimkannya ke bebagai penjuru dunia. Dengan tipuan seperti ini, sebenarnya mereka telah mencampakkan Al-Qur’an keluar dari kehidupan. Kita semua melihat betapa Al-Qur’an yang dicetak oleh Muhammad Reza Pahlevi telah menipu sebagian orang.[2] Sebagian ulama yang tidak memahami maksud Pahlevi itu bahkan memuji-mujinya. Kita juga melihat bahwa Raja Fahd [3] setiap tahun menggunakan dana besar yang tak terbatas, yang diambil dari rakyatnya, untuk mencetak Al-Qur’an dalam rangka mendirikan pusat-pusat propaganda madzhab yang anti Al-Qur’an, sekaligus menyebarluaskan faham Wahabi[4] (Salafi), yaitu sebuah madzhab yang tidak memiliki asas kuat sekaligus penuh dengan pandangan khurafat. Al-Qur’an yang mulia ini dijadikan alat untuk mendorong masyarakat yang lalai dari berbagai bangsa untuk berpihak kepada adidaya. Orang-orang inilah yang menggunakan Islam yang mulia dan Al-Qur’an al Karim justru untuk menghancurkan Islam dan Al-Qur’an itu sendiri.

Kita dan bangsa kita yang mulia juga merasa bangga, karena bangsa ini bersama seluruh wujudnya, bersatu dengan Islam dan Al-Qur’an. Kita bangga karena menjadi pengikut madzhab yang ingin membebaskan Al-Qur’an dari kuburan, sekaligus menjadikan kitab ini sebagai buku petunjuk untuk membebaskan manusia dari berbagai ikatan yang membelenggu kaki, tangan, hati, dan akal mereka; ikatan yang membawa manusia ke arah kefanaan, kenisbian, perbudakan, dan penghambaan pada penguasa zalim.

Kita merasa bangga bahwa kita adalah pengikut madzhab yang didirikan oleh Rasulullah atas perintah langsung dari Allah, dan madzhab ini juga ditumbuh kembangkan oleh Imam Ali As, hamba yang telah membebaskan diri dari segala ikatan sekaligus menjadi petugas bagi pembebasan umat manusia dari segala  rantai besi dan perbudakan. Kita merasa bangga bahwa kitab Nahjul Balaghah[5],  setelah Al-Qur’an, merupakan kitab teragung yang berisi aturan kehidupan duniawi dan maknawi, kitab tertinggi yang membebaskan manusia, serta kitab yang memuat aturan maknawi dan pemerintahan, yang merupakan jalan pembebasan terbesar; ternyata berasal dari Imam suci kita.

Kita merasa bangga bahwa para Imam Maksum kita, mulai dari Imam Ali As hingga Imam Mahdi As, semua adalah imam kita. Imam Mahdi As adalah penyelamat manusia dan pemilik zaman, yang dengan kekuasaan Allah yang Mahakuasa, masih hidup di tengah kita dan menjadi pengawas segala urusan. Kita merasa bangga memiliki berbagai kitab bernilai tiada tara, yang berasal dari para Imam Maksum kita, seperti doa-doa yang memberikan kehidupan yang disebut sebagai Qur’an Sha’id(kitab-kitab doa). Kita juga punya Munajat Sya’baniah [6] para imam, Doa Arafah [7] dari Husain bin Ali as., Shahifah Sajjadiah [8] dari Imam Ali bin Husain dan Shahifah Fathimiah [9]yang merupakan kitab yang diilhamkan Allah Swt kepada Fathimah Az-Zahra Sa.

Kita merasa bangga bahwa kita memiliki seorang Baqir al Ulum[10], sebagai  pribadi yang tertinggi dalam sejarah, dan tidak ada yang bisa memahami ketinggian posisinya itu selain Allah, Rasulullah Saw dan para Imam Maksum As. Kita merasa bangga bahwa madzhab kita adalah madzhab Ja’fari, yang meletakkan dasar-dasar sistematika fiqih kita; yang keilmuannya bagaikan sebuah lautan tanpa batas. Fiqih kita merupakan hasil karyanya [11] dan kita merasa bangga telah menjadi pengikut seluruh Imam Maksum a.s.

Kita merasa bangga bahwa para Imam Maksum kita adalah pejuang di jalan Allah dan Islam. Mereka juga pejuang di jalan penegakan Al-Qur’an yang menyuruh umat manusia untuk mendirikan sebuah pemerintahan yang adil. Kita bangga karena dalam usaha mereka untuk menentang pemerintahan yang zalim, mereka telah dipenjara, diasingkan, dan akhirnya gugur sebagai syahid. Dan kita hari ini merasa bangga bahwa kita ingin menegakkan  tujuan Al-Qur’an dan sunnah. Kita juga bangga karena berbagai lapisan masyarakat dari bangsa kita telah menyatakan kesiapannya untuk berkorban, baik jiwa maupun raga, di jalan yang besar dan menentukan nasib ini.

Bangsa kita, bahkan jutaan bangsa-bangsa muslim dan kaum tertindas di dunia, merasa bangga karena musuh mereka adalah juga musuh Allah yang Mahabesar, musuh Al-Qur’an al-Karim, dan musuh Islam yang mulia. Kita bangga karena musuh mereka adalah hewan-hewan yang tidak pernah berhenti dalam melakukan kejahatan dan pengkhianatan demi mencapai tujuan jahat mereka. Untuk mencapai posisi kepemimpinan dan keserakahan, orang-orang jahat itu tidak mengenal kawan atau lawan.

Ketahuilah, bahwa panglima tertinggi mereka adalah Amerika Serikat, sebuah negara yang esensinya adalah terorisme yang telah membakar seluruh penjuru dunia. Sementara itu, sekutu AS adalah gerakan Zionisme Internasional[12] yang selalu melakukan kejahatan dalam mencapai tujuan tamaknya. Inilah rezim yang wataknya sangat memalukan, bahkan bila esensinya itu hanya diungkapkan lewat tulisan pena atau ucapan lidah sekalipun. Demi mencapai impian bodoh mereka, yaitu Israel Raya[13], mereka telah melakukan segala bentuk kejahatan.

Negara-negara Islam dan kaum tertindas dunia merasa bangga bahwa musuh mereka adalah Husein dari Yordania [14], Hasan dari Maroko[15], dan Husni Mubarak dari Mesir[16], yang bekerja sama dengan Israel dalam berbagai kejahatan demi mengabdi kepada AS dan Israel. Mereka adalah musuh-musuh Islam yang tidak pernah berhenti melakukan kejahatan, bahkan kepada bangsa mereka sendiri. Dan kita merasa bangga bahwa musuh kita adalah Saddam yang mengabdi kepada paham Aflack.[17] Ia diktator yang oleh kawan ataupun lawannya, dikenal sebagai pelaku kejahatan dan pelanggar hak-hak internasional, sekaligus pelanggar hak-hak asasi manusia. Semua mengetahui bahwa kejahatan yang ia lakukan kepada bangsa tertindas Irak dan negara-negara Syeikh di Teluk, tidak kurang dari kejahatan yang dia lakukan terhadap Iran.[18]

Kita dan negara-negara tertindas di dunia juga merasa bangga bahwa setiap tuduhan kejahatan dan pengkhianatan yang ditimpakan kepada kita dan semua kaum tertindas dunia, selalu datang dari media massa  dan badan propaganda dunia, yang melakukan semua itu atas perintah negara adidaya.

Adakah hal yang lebih membanggakan dari kenyataan bahwa AS ternyata tidak berkutik menghadapi bangsa Iran dan negeri Imam Mahdi ini? Padahal, AS selama ini merasa menjadi penguasa dunia karena memiliki klaim, fasilitas militer, serta kekuasaan atas sejumlah pemerintahan bonekanya dan juga kekuasaan atas kekayaan milik bangsa-bangsa tertindas, padahal negeri adidaya ini memiliki segala jaringan media massa. Tetapi, kini AS terus dipermalukan dan terjebak untuk terus melakukan berbagai skandal.

Adakah hal lain yang lebih membanggakan kita dibandingkan dengan fakta bahwa AS sampai tidak tahu kepada siapa harus melobi ketika wajahnya dipalingkan ke berbagai arah, ia menerima jawaban penolakan?[19] Hal ini semua bisa terjadi tidak lain karena adanya pertolongan gaib dari Allah Swt yang telah membangunkan bangsa-bangsa, terutama bangsa Iran, sekaligus membimbingnya keluar dari kegelapan akibat pemerintahan yang keji, ke arah cahaya Islam.  

[1] . Diterjemahkan dari kitab : “Wasiat Imam”.
[2] . Shah pernah membuat proyek percetakan Al-Qur’an dengan maksud untuk menipu rakyat Iran. Al-Qur’an tersebut dibuat dalam edisi luks yang sangat indah. Al-Qur’an yang ditulis tangan oleh Mirza Ahmad Neirizi (abad ke-10 Hijriah) tersebut termasuk cetakan kitab suci terindah abad itu. Setelah berhasil dicetak, Al-Qur’an itu diberi nama Arya Mehr dan disimpan di perpustakaan pribadi Shah.
[3] . Raja Fahd dari Arab Saudi adalah salah seorang pemimpin Arab yang cukup dekat dengan Zionis Israel. Pada Konferensi Thaif, ia mengajukan rancangan damai dengan Israel, yang salah satu butir rancangannya adalah pengakuan secara resmi atas eksistensi negara Israel di kawasan pendudukan Palestina. Rancangan Fahd ini tentu saja mendapatkan sambutan hangat dari AS, Rezim Zionis, dan sejumlah negara Arab sekutu AS. Tetapi, proposal itu mendapatkan penentangan luar biasa keras dari Imam Khomeini. Dalam sebuah pidatonya, Imam menyebut rancangan Raja Fahd itu sebagai pengkhianatan terhadap Islam dan rakyat Palestina. Dalam menutupi tindakan pengkhianatannya itu, Raja Arab Saudi setiap tahunnya menganggarkan jutaan dolar untuk mencetak Al-Qur’an dan membagikannya kepada umat Islam di seluruh dunia.
[4] . Wahabi atau Salafi adalah sebuah fenomena aliran yang memiliki akar budaya dan pada saat yang sama, juga memiliki akar politik. Aliran ini memiliki prinsip-prinsip keagamaan yang bermula dari pandangan Ibnu Taimiyyah, seorang pengikut madzhab Hanbali. Ibnu Taimiyyah hidup pada abad kedelapan Hijriah. Ia -yang menjalani hidup dengan keprihatinan dan kemiskinan- sangat tertarik kepada ajaran Ahmad bin Hanbal, Imam Madzhab Hanbali (241 Hijriah). Ibnu Taimiyyah sebagaimana Ahmad bin Hanbal, dalam hal tauhid meyakini apa yang tersurat dalam Al-Qur’an mengenai sifat-sifat Allah. Karena itu, ia yakin bahwa Allah itu berjisim, memiliki tangan, kaki, mata, lidah, dan lain-lain, sebagaimana manusia berjisim dan memiliki anggota. Keyakinan semacam ini merupakan syirik yang nyata. Akidah Wahabi atau Salafi jauh berbeda dengan akidah Ahli Sunah Wal jamaah dan Syi’ah Imamiyah.
Selain keyakinannya yang kontroversial tentang zat Allah itu, Ibnu Taimiyyah juga memiliki fatwa-fatwa baru yang aneh tentang keharaman menziarahi kuburan Rasulullah Saw dan bertawasul atau mohon syafa’at dari Rasulullah Saw dan para awliya lainnya. Hingga kini sudah banyak sekali ulama dari kalangan Sunni ataupun Syiah yang telah menyampaikan bantahannya atas pemikiran aneh Ibnu Taimiyyah itu. Tapi para pengikut Wahabi tetap saja keras kepala mempertahankan akidahnya yang tidak logis dan merusak persatuan umat tersebut. Dan mereka tidak mempunyai argumen yang kuat atas keyakinannya tersebut : (قل هاتوا برهانكم إن كنتم صادقين ).
[5] . Nahjul Balaghah adalah sebuah kitab agung yang penuh dengan nilai dan makna. Kitab ini diyakini sebagai yang terbaik dan terkenal setelah Al-Qur’an. Ketinggian nilai sastra serta kehebatan isinya membuat banyak ilmuwan tertarik untuk mempelajarinya. Banyak ilmuwan non-muslim juga diberitakan secara tekun menelaah kitab ini. Nahjul Balaghah berisikan khutbah, surat, dan kata-kata mutiara yang diucapkan oleh Imam Ali As Penyusun kitab ini adalah Muhammad bin Abi Ahmad atau yang lebih dikenal dengan nama Sayyid Radhi, seorang ulama dan penyair terkenal (359 – 404 Hijriah). Makamnya berada di kawasan Karukh, Baghdad, dan hingga kini termasuk tempat peziarahan yang terkenal.
[6] . Terkait dengan “Munajat Sya’baniah” ini, Ali bin Thawus, seorang ulama ternama madzhab Syiah mengutip kata-kata Husein bin Muhammad yang menulis bahwa Imam Ali a.s. dan semua imam dari keturunan beliau selalu membaca doa ini di bulan Sya’ban (“Iqbal Al A’mal”, halaman 685 dan juga kitab “Mafatihul Jinan” pada bagian amalan bulan Sya’ban). Imam Khomeini sendiri dalam kesempatan terpisah menjelaskan keagungan doa ini sebagai berikut.
[7] . Doa Arafah adalah catatan munajat yang dilakukan oleh Imam Husein a.s. pada hari Arafah (9 Dzulhijjah), sebelum beliau beserta keluarga dan sahabat setianya pergi menuju Karbala. Di bawah teriknya mentari dan sengatan padang pasir Arafah, Imam Husein menyampaikan munajat historisnya sambil berurai air mata cinta. Isi doa ini adalah lambang harapan dan cinta dari penghulu para syuhada kepada Kekasih dan Sembahannya, yaitu Allah Sang Pencipta. Konsep yang terkandung dalam doa ini sangat bernilai tinggi (“Iqbal Al A’mal”, Bab Amalan di Hari Arafah halaman 339; “Zaad Al Ma’ad” halaman 265; “Mafatihul Jinan”, bagian Amalan Hari Arafah).
[8] . Shahifah Sajjadiah adalah kumpulan doa dari Imam Ali bin Husein Zainal Abidin a.s. Kitab ini ada dua jenis. Yang pertama adalah “Shahifah Shaghirah” yang diakui oleh sekte Syiah Zaidiah. Syiah Imamiah menyebut kitab ini sebagai “Shahifah Naaqishah (tidak lengkap)”. Yang diakui oleh kelompok Imamiyah adalah “Shahifah Kaamilah Sajjadiyah” yang sampai kepada kita lewat periwayatan Najmuddin Baha’ Al Syaraf ‘Alawi. Kitab ini ini juga mengandung konsep dan ajaran yang sangat tinggi. Untuk menggali maknanya, kitab Shahifah Sajjadiah ini telah ditelaah dan dijelaskan oleh para ulama. Di antara para ulama yang telah menulis kitab syarah (penjelasan) atas kumpulan doa ini adalah Kaf’ami, Syaikh Baha’i (kitab penjelasannya diberi judul “Hada’iq Al Shalihin”), Mulla Hadi (dalam bahasa Persia dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa daerah Mazandarani), Syeikh Thuraihi, Mulla Muhammad Baqir Al Majlisi, dan yang paling terkenal adalah Sayid Ali Khan (diberi judul “Riyadh Al Salikin”).
[9]. Shahifah Fathimah adalah catatan percakapan Fathimah Az-Zahra a.s. dengan malaikat Jibril dan rahasia yang disampaikan oleh Jibril dari Allah Swt kepada Fathimah a.s. Kitab yang mulia ini tidak bisa ditemukan karena berada di tangan para Imam Maksum a.s. yang diwariskan di antara mereka secara turun-temurun. Saat ini, kitab tersebut diyakini berada di tangan Imam Mahdi a.f.
[10] . Baqirul Ulum adalah nama julukan bagi Imam Muhammad bin Ali Zainal Abidin. Ia adalah Imam Kelima madzhab Ahlul Bait a.s. Panggilan yang biasa diucapkan oleh para pengikut madzhab Ahlul Bait kepadanya adalah Imam Baqir. Nama julukan Baqir menurut riwayat diberikan oleh Rasulullah Saw. Nama panggilan lain dari Imam Baqir adalah Abu Ja’far, karena ia adalah ayah dari Imam Keenam, yaitu Imam Ja’far Shadiq a.s.
[11] . Fiqih Ja’fari adalah prinsip dan dasar-dasar fiqih Syiah yang diajarkan oleh Imam Keenam dari madzhab Ahlul Bait, yaitu Imam Ja’far Shadiq a.s. (hidup antara tahun 80-83 hingga 148 hijriah). Dia gugur Syahid di Madinah dan dimakamkan di Pekuburan Baqi’, Madinah.
[12] . Zionisme Internasional adalah pemikiran fanatis yang dimiliki oleh para kapitalis Yahudi yang pada akhir abad lalu muncul di Eropa dan sekarang menjadi ideologi resmi rezim penjajah Baitul Maqdis. Nama ini diambil dari Gunung Zion di dekat Baitul Maqdis. Pemikiran rasialis ini menyatakan bahwa Yahudi adalah bangsa pilihan Tuhan yang memiliki posisi istimewa di dunia. Berdasarkan pemikiran ini, pada tahun 1898, didirikanlah Organisasi Zionis Internasional yang bertujuan untuk memindahkan kaum Yahudi dari berbagai penjuru dunia ke Palestina.
Organisasi tersebut kini memiliki kekuatan dana yang tidak terbatas, yang setara dengan kekayaan perusahaan-perusahaan monopoli terbesar di dunia. Pusat organisasi ini di AS dan aktivitas komunitas Zionis mengontrol lebih dari 60 negara dunia. Dewasa ini, ada sekitar 18 organisasi Zionis yang beraktivitas di dunia. Sementara itu di AS, negara yang merupakan pendukung utama Zionisme Internasional, ada 281 organisasi nasional Yahudi, 251 federasi lokal Yahudi, serta berbagai organisasi dan lembaga keuangan Yahudi lainnya, yang semuanya terkait dengan Zionisme.
Organisasi Zionisme Internasional juga memiliki lembaga intelijen dan mata-mata di sebagian besar negara dunia yang terkait dengan agen rahasia Israel, MOSSAD dan agen rahasia AS, CIA. Senjata terpenting dan terampuh yang dimiliki oleh Zionisme Internasional adalah media massa yang dikuasai oleh kaum Yahudi di seluruh dunia. Secara keseluruhan, ada 1.036 koran dan majalah yang dikuasai Yahudi, dan yang paling terkenal di antaranya adalah koran New York Times.
[13] . Israel Raya adalah sebuah pemerintahan yang dicita-citakan kaum Yahudi, yaitu pemerintahan dunia yang berada di bawah kekuasaan kaum Yahudi. Ini adalah tujuan utama yang ingin dicapai oleh para pendiri gerakan Zionisme. Berdasarkan cita-cita pendirian Israel Raya ini, setelah dibentuknya pemerintahan Israel pada tahun 1948 di atas tanah milik bangsa Palestina, orang-orang Zionis berupaya merealisasikan cita-cita tersebut. Untuk menjustifikasi hal ini, mereka menggunakan dalil-dalil yang ada di kitab Taurat. Daerah-daerah yang diklaim sebagai wilayah dari Israel Raya sebagian besar adalah kawasan negara-negara muslim atau sebagian wilayah dari sebuah negara yang dihuni oleh umat Islam. Dalam peta Israel Raya yang dimuat dalam laporan penelitian Benyamin Mazar yang diterbitkan di bawah pengawasan pemerintahan Israel, kawasan Israel Raya membentang luas dari Sungai Nil hingga Sungai Eufrat, dan melingkupi Teluk Persia, Irak utara, Muscat, Oman, Nejd, Turki, Suriah, Libanon selatan, Palestina utara, Jordania barat, sebagian Mesir, dan bagian selatan Sudan. Selain itu, ada pula peta Israel yang lebih besar lagi, yang akan direalisasikan setelah terwujudnya Israel Raya, yaitu meliputi Kurdistan, daerah tenggara Iran, barat daya Afghanistan, dan sebagian dari barat laut Pakistan.
Pada akhir abad ke-19, seorang wartawan Yahudi keturunan Austria bernama Theodore Hertzel, dengan menulis sebuah makalah, mengundang seluruh kaum Yahudi yang hidup terpencar-pencar di berbagai penjuru dunia untuk membentuk sebuah negara. Ia juga mengundang seluruh umat Yahudi untuk kembali kawasan yang disebutnya sebagai tanah air asli mereka, yaitu Palestina. Dengan demikian, Hertzel telah memperbaharui isu “kembali ke tanah yang dijanjikan” dalam pikiran kaum Yahudi sedunia.
Organisasi Zionisme Internasional yang mengumumkan bahwa tujuan didirikannya lembaga itu adalah untuk memindahkan kaum Yahudi dunia ke Palestina, kemudian melakukan usaha meluas dalam merealisasikan tujuan ini. Atas lobi dan infiltrasi yang kuat dari kaum Yahudi, pemerintah Inggris pada tahun 1917 mengeluarkan Deklarasi Balfour (Balfour adalah nama Menlu Inggris saat itu) yang isinya mengakui bahwa Palestina adalah tanah milik Bani Israel. Deklarasi Balfour kemudian juga disepakati oleh pemerintah Perancis, Italia, dan AS.
Pada tanggal 29 November 1948, Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi yang membagi Palestina menjadi dua bagian, yaitu wilayah Arab yang luasnya 4.500 mil persegi dan wilayah Israel yang meliputi 289 mil persegi. Akhirnya, pada tanggal 4 Mei 1948, pemerintahan Israel secara resmi didirikan. Uni Soviet adalah negara pertama di dunia yang mengakui pendirian negara Israel.
[14] . Husain Yordania adalah Raja Yordania (kini sudah meninggal, pen.). Nama lengkapnya adalah Husain bin Thalal. Lahir tanggal 4 November tahun 1935 di Amman. Pendidikannya dimulai di TK Inggris di Amman, lalu dilanjutkan ke sekolah Victoria di Mesir, dan akhirnya dilanjutkan ke Universitas Harvard. Pada tahun 1951, kakeknya, Raja Abdullah, tewas di tangan seorang pemuda revolusioner Palestina. Atas dukungan Inggris, anak Abdullah, yaitu Thalal diangkat sebagai raja dan Husain bin Thalal pun menjadi putra mahkota. Beberapa bulan kemudian, pada tanggal 11 Agustus 1951, parlemen Yordania menurunkan Raja Thalal dari jabatannya dan Husain bin Thalal dinobatkan sebagai raja. Selama masa pemerintahannya, Raja Husain selalu mendapatkan dukungan dari Inggris. Menyusul keluarnya Inggris dari Terusan Suez dan masuknya AS secara bertahap ke kawasan tersebut, Raja Husain juga memperoleh dukungan dari AS.
Politik luar negeri di kawasan Timur Tengah yang dijalankan oleh pemerintahan Husain bin Thalal selalu mengikuti kebijakan AS dan Inggris di kawasan tersebut. Pada tahun 1967, ketika Perang Arab dan Israel dimulai, Raja Husain melakukan pengkhianatan dengan menjalin perjanjian dengan Rezim Zionis, sehingga kekuatan Arab menjadi terpecah dan Rezim Zionis berhasil menduduki Tepi Barat Sungai Jordan yang meliputi Baitul Maqdis dan Masjidil Aqsha, lalu menggabungkannya  dengan wilayah Palestina yang sebelumnya sudah diduduki Israel. Akibatnya 400 ribu warga Palestina menjadi pengungsi ke Jordania. Dalam menghadapi banjir pengungsi ini, Raja Husain bersikap keras sehingga terjadilah tragedi yang disebut sebagai September Hitam pada tahun 1970, yaitu pembunuhan massal terhadap para pengungsi Palestina.
[15] . Hasan Maroko adalah Raja Maroko. Dia lahir pada tahun 1929 dan merupakan anak dari Raja Muhammad V. Pendidikannya dilalui di Perancis dan setelah ayahnya meninggal, dia diangkat sebagai raja dengan nama Raja Hasan II. Sejak Raja Hasan II naik tahta, hubungan Maroko-Perancis mengalami perluasan dan negara muslim ini semakin menjadi korban serangan budaya dari Barat. Pemerintah Maroko secara umum mengadakan kerjasama di bidang budaya, ekonomi, dan politik dengan Perancis. Disebutkan pula bahwa Anwar Sadat, Presiden Mesir saat itu, berkenalan dengan Rezim Zionis melalui Raja Hasan II karena Maroko memang memiliki hubungan tradisional dengan Zionis, bahkan setiap tahunnya selalu diadakan konferensi Yahudi di Maroko.
Maroko bisa dikatakan satu-satunya negara muslim tempat orang-orang Zionis bisa melakukan segala aktivitasnya dengan bebas. Bahkan pada tahun 1991, Raja Hasan mengangkat seorang Yahudi bernama Andre Azoulay sebagai penasehat tinggi.
[16] . Husni Mubarak diangkat sebagai Presiden Mesir sejak tahun 1981 setelah pendahulunya, Anwar Sadat, tewas di tangan tentara pengawalnya sendiri, Khaled Islambuli. Kebijakan politik luar negeri, khususnya Timur Tengah, yang diambil Husni Mubarak tidak jauh berbeda dengan kebijakan pendahulunya. Pada tahun 1982, dalam wawancara dengan stasiun CNN, Husni Mubarak berkata, “Pintu kami terbuka bagi teman-teman bangsa Arab, selama tidak mengorbankan hubungan kami dengan Israel. Kami mampu memainkan peran yang penting untuk menghilangkan segala ketegangan yang selalu muncul di antara teman-teman Arab dengan Israel.”
[17] . Michael Aflack adalah pendiri Partai Ba’ats yang beraliran sosialis. Setelah Partai Ba’ats meraih kekuasaan di Irak, Saddam Husain menjadi orang nomor dua di Irak, yaitu sebagai wakil presiden. Presiden Irak saat itu adalah Hasan Al Bakr yang juga menjabat Ketua Dewan Revolusi Irak. Namun, pada prakteknya, kontrol atas negara berada di tangan Saddam. Pada tahun 1979, Dewan Revolusi Irak menyepakati pengunduran diri Hasan Al Bakr dan Saddam diangkat sebagai presiden.
Salah satu kejahatan terbesar yang dilakukan Saddam adalah invasinya ke Iran yang dilakukan satu setengah tahun pasca kemenangan Revolusi Islam di bawah pimpinan Imam Khomeini. Invasi Irak yang dilakukan atas dukungan AS itu semula diperkirakan akan berlangsung singkat dan Republik Islam Iran yang baru lahir itu akan segera jatuh ke tangan Irak. Namun, perlawanan bangsa Iran yang gigih membuat perang berlanjut hingga delapan tahun.
Kejahatan Saddam lainnya—yang awalnya juga mendapat lampu hijau dari AS dan Inggris—adalah serangan terhadap Kuwait. Saddam dalam waktu singkat berhasil menduduki Kuwait dan menyebabkan para Amir dan Syekh Kuwait melarikan diri dari Kuwait. AS dan negara-negara Barat kemudian mengirimkan pasukan ke Teluk Persia dalam jumlah yang sangat besar. Serangan dari berbagai arah yang dilancarkan oleh pasukan multinasional berhasil mengusir keluar pasukan Irak dari Kuwait. Para Amir dan Syeikh Kuwait pun kembali ke negara mereka.
Perang Teluk ini selain mengakibatkan kesengsaraan atas rakyat Irak akibat embargo yang ditetapkan PBB, juga menyebabkan Arab Saudi dan Kuwait harus menanggung biaya perang yang sangat besar. Sebaliknya, perang ini memberi kentungan besar kepada pabrik-pabrik senjata Barat, terutama AS, yang menjual senjata-senjata mereka dengan harga berkali-kali lipat kepada Arab Saudi dan Kuwait. Berbagai media massa melaporkan, invasi Irak ke Kuwait dan meletusnya Perang Teluk yang melibatkan pasukan multinasional telah menyebabkan naiknya angka penjualan senjata dan peralatan perang secara drastis, sehingga berhasil menyelamatkan sebagian besar perusahaan-perusahaan senjata Barat dari kebangkrutkan.
[18] . Kejahatan dan pengkhianatan Saddam terhadap bangsa Irak tidak bisa dijelaskan secara sederhana. Diktator Irak ini dengan menerapkan politik despotik telah membelenggu kebebasan individu dan masyarakat Irak sekaligus menciptakan atmosfer yang mencekik rakyat. Untuk mencapai ambisinya, Saddam tidak segan-segan mengorbankan rakyatnya sendiri, misalnya pengeboman kimia terhadap kota Halabche di Irak yang menewaskan ribuan warga kota itu. Saddam juga selalu mengobarkan isu-isu fanatisme Arab dan “Perlindungan atas Bangsa Arab”. Namun, dalam invasinya terhadap Republik Islam Iran, korban terbesarnya justru warga Iran yang beretnis Arab di wilayah Khuzestan.
Arab Saudi dan para penguasa negara-negara Teluk  yang dalam agresi Irak ke Iran tidak pernah menunda-nunda pemberian bantuannya kepada tentara Saddam, juga tidak luput dari sengatan api keserakahan Saddam. Hanya sekitar dua tahun setelah berakhirnya perang Irak-Iran, Saddam membalas kebaikan negara-negara Arab tetangganya itu dengan cara menganeksasi Kuwait. Jika saja tentara multinasional tidak turun tangan, niscaya Kuwait, Arab Saudi, dan negara-negara Arab lainnya akan menjadi korban keganasan Saddam. Keganasan Saddam bahkan merambah hingga ke keluarga terdekatnya, sampai-sampai mereka sendiri tidak tahan dengan hal itu. Kita pernah menyaksikan larinya dua anak perempuan Saddam beserta kedua suaminya ke luar negeri untuk menjauhkan diri dari keganasan ayah mereka sendiri.

[19] . Maksud dari kalimat Imam “jawaban penolakan terhadap AS” adalah terkait dengan prediksi Imam Khomeini yang di kemudian hari terbukti kebenarannya. Salah satu contoh dari masalah ini adalah embargo ekonomi yang diterapkan AS terhadap Iran. Selain tidak memberikan hasil apapun bagi AS, usaha AS untuk mempengaruhi bangsa-bangsa lain agar ikut serta dalam program embargo ini juga tidak membuahkan hasil. Data ekonomi justru menunjukkan bahwa tingkat kerjasama ekonomi antara Iran dan negara-negara Eropa malah semakin meningkat. Tekanan AS untuk membuat Rusia menghentikan kerjasamanya dengan Iran di bidang nuklir bertujuan damai juga mengalami kegagalan.

Imam Musa al Kadhim, Teladan yang Sabar


Di zaman Imam Musa al Kadzim, masyarakat dari berbagai penjuru berdatangan untuk bertemu dengan beliau. Seorang bernama Zaid datang dari tempat yang jauh untuk bertemu Imam Kadzim di kota Madinah. Ia mendengar Imam sering mendatangi dan beribadah di Masjid Nabawi. Zaid bergegas menuju masjid dengan mengenali tanda-tanda Imam Kadzim yang ia dengar dari orang lain.

Ketika itu Imam Musa sedang shalat di dekat makam Rasulullah Saw. Di sekitarnya orang-orang berkumpul mengitari Imam. Tapi tiba-tiba sejumlah tentara Khalifah Harun memasuki mesjid untuk menangkap Imam Musa dan memindahkannya ke penjara Baghdad. Serempak masyarakat di sekitar Imam menghalangi maksud pasukan Harun tersebut. Tapi dengan arogan dan represif, pasukan Harun membubarkan massa dan secara paksa membawa Imam Kadzim.

Kejadian itu sulit diterima oleh para pecinta Ahlul Bait. Zaid berteriak, "Mengapa kalian berbuat zalim terhadap Ahlul Bait Rasulullah Saw. Saya datang dari jauh untuk bertemu dengan Imam Musa Kadzim." Ketika itu, pandangan penuh kasih sayang Imam Kadzim tertuju ke arah Zaid. Zaid berkata, "Sayang sekali saya hanya beberapa menit bertemu dengan Imam dan mengambil berkah dari beliau."

Warga Madinah terutama para pencinta Ahlul Bait merasa kehilangan atas kepergian Imam Musa Kadzim yang berpindah ke Baghdad dan mendekam di penjara Harun. Imam menjalani penderitaan dalam tahanan dengan penuh kesabaran. Rezim Abbasiyah memenjarakan Imam Musa Kadzim hingga syahid supaya pengaruh spiritual beliau tidak menyebar di tengah masyarakat.

Di era Harun Rasyid, Imam Musa as hidup selama tiga dekade dari usianya. Ketika itu rezim Abbasiyah melancarkan tekanan keras terhadap siapa pun yang membantu Imam as dan Ahlulbait Nabi Saw, tak berbeda dengan perlakuan Rezim Muawwiyah dan keturunannya. Intimidasi dan represi yang sama juga dihadapi mereka yang berani berdiri sebagai oposan Harun Rasyid.

Kala itu, pemenjaraan dan pembunuhan sudah menjadi cara biasa yang ditempuh rezim lalim. Imam Musa dalam menjalankan kepemimpinan Ilahi bergerak sesuai dengan metode Rasulullah Saw dan Ahlul Baitnya, demi menjaga autentisitas risalah Tuhan dari kehancuran dan interpolasi kepentingan politik golongan.

Di sisi lain, Imam pun tak lupa menegaskan urgensi dan signifikansi prinsip amar ma’ruf dan nahi munkar di hadapan penguasa lalim dan sewenang-wenang. Madrasah Imam Musa as sebagai kelanjutan madrasah Imam Shadiq, terus berperan dalam mengembangkan tradisi intelektual.

Imam Musa Kadzim juga membina para ulama dan murid-murid yang telah menorehkan prestasinya meninggikan peradaban Islam di antara peradaban-peradaban lainnya. Bahkan, peradaban-peradaban cemerlang lainnya banyak berhutang kepada para sarjana terkemuka dan mujtahid yang lahir dari madrasah Imam Shadiq, yang dilanjutkan Imam Musa.

Aktivitas pendidikan Imam Musa terbukti mampu menjaga dan mewariskan metode berpikir yang lurus kepada kelompok orang-orang yang saleh dan mencintai kebenaran. Penataan terus dilakukan demi masa depan umat Islam. Para perintis dari madrasah Ahlulbait ini tak tinggal diam dalam menjaga dan mengembangkan warisan pencerahan Rasulullah Saw pada masa yang penuh dengan fitnah dan kecemasan. Terbukti madrasah-madrasah dan aktivitas-aktivitas keilmuan keturunan suci Nabi saw ini melampaui pencapaian sekolah-sekolah mana pun pada masa itu hingga sekarang.

Imam Musa Kadzim selama hidupnya senantiasa menjadi penerang dan pembimbing masyarakat menuju kesempurnaan. Imam Musa hidup di bawah bimbingan langsung sang ayah, Imam Ja'far Shadiq selama dua dekade dari usianya yang penuh keberkahan. Dia menikmati keluasan ilmu sang ayah yang dikenal di kalangan umat Islam sebagai gurunya para guru; tempat bertanya manusia; pendiri madrasah; dan pelita penerang bagi dunia keilmuan Islam. Sang ayah, Imam Shadiq, pun mengalami kekejaman penguasa lalim. Pada 25 Syawal 148 H, Manshur, ikut andil dalam kejadian terbunuhnya Imam Shadiq.

Imamah dan kepemimpinan Ilahi pun berganti kepada Imam Musa Kadzim. Terbunuhnya Imam Shadiq membuat situasi dan kondisi yang menimpa Ahlulbait Nabi menjadi teramat sulit, termasuk semakin terancamnya hidup Imam Musa. Jauh-jauh hari, sang ayah, Imam Shadiq, telah berpesan kepadanya untuk menjaga dan melanjutkan gerakan risalah Ilahi. Meskipun keadaan politik kian mengancam, pohon kehidupan dan kenabian harus tetap tegak di bumi Tuhan. Udara kebebasan dan ruh kebenaran harus tetap bisa dihirup dan dinikmati umat manusia. Keteguhan, ketakwaan, dan kesabaran Imam Musa al-Kadzim As dalam merespon intimidasi dan represi rezim Abbasiah telah menjadi gerbang bagi masyarakat untuk mengidentifikasi, mana cahaya dan kegelapan, mana emas dan mana loyang.

Pada tanggal 17 Dzulqa'dah 179 H, Imam Musa diasingkan dari Madinah ke Irak atas perintah Harun al-Rashid, Khalifah Abbasiah. Beliau tiba di Irak pada tanggal 7 Dzulhijjah dan langsung dijebloskan ke dalam penjara oleh penguasa lalim ketika itu. Imam Musa Kadzim mendekam dalam penjara di era kekuasaan Isa bin Ja'far penguasa Basrah hingga beberapa waktu. Namun, kemudian Isa bin Ja'far menulis surat kepada Harun al-Rashid yang isinya meminta agar Imam dipindahkan ke penjara yang dikelola gubernur lain.

Isa bin Ja'far beralasan bahwa setelah memeriksa Imam Kadzim As, ia tidak menemukan bukti yang memberatkannya agar dipenjara. Membaca surat Isa bin Ja'far, Harun al-Rashid kemudian memerintahkan agar Imam Musa Kadzim As dipindahkan ke Baghdad dan meminta kepada menterinya, Fadhl bin Rabi' agar membunuh Imam Musa Kadzim As, namun permintaan ini ditolak oleh Fadhl bin Rabi'.

Imam tidak diperkenankan untuk terus membimbing dan menjaga risalah Rasulullah hingga beliau syahid pada 25 Rajab 184 H akibat racun yang direkayasa oleh pihak-pihak yang menjalin kolusi dengan penguasa imperium Abbasiah. Sindi bin Syahik membunuh Imam Musa Kadzim as atas perintah Yahra bin Khalid Barmaki, seorang menteri yang diperintah oleh Harun al-Rashid.

“Salam sejahtera untukmu, wahai Imam Musa bin Ja'far, pada saat hari engkau dilahirkan, pada hari engkau berjihad di jalan Allah Swt, dan pada hari engkau syahid, dan pada hari ketika engkau akan dibangkitkan.” 


Imam Ja'far as Shadiq, Penghulu Para Imam Mazhab dan Ilmuwan


Imam Ja’far as Shadiq Versus Filsuf Ateis

Tersebutlah di kota Madinah, seorang bernama Ja’d bin Dirham, seorang ekstrim ateis, pembuat bid’ah yang mendedikasikan hidupnya dalam zandaqah (gerakan atheisme) serta memdengungkan ajaran dan doktrin ateis radikal (tidak meyakini adanya Tuhan). Dia menunjukkan kedangkalan akalnya secara demonstratif, seperti memasukkan tanah dan air dalam sebuah botol, kemudian beberapa saat terdapat cacing dalam botol yang semula diisi dengan tanah dan air tersebut. Kemudian dia berkata kepada para sahabatnya “Aku telah menciptakannya, karena aku adalah sebab keberadaannya”. Imam Ja’far as Shadiq mendengar berita ini dan mengutus seorang muslim untuk membantahnya dengan bukti rasional, beliau berkata, “Katakan kepadanya (kepada Ja’d), jika dia (Ja’d) yang menciptakannya maka tanyakan kepadanya berapa jumlahnya? Berapa yang jantan dan yang betina? Berapa beratnya masing-masing? Mintalah kepadanya untuk mengubahnya menjadi bentuk yang lain!”. Mendengar perkataan Imam Ja’far as Shadiq melalui utusannya itu, sang pendiri zandaqah tersebut pun mengakui keunggulan argumen Imam Ja’far as Shadiq.


Utamakan Sanad Sebelum Kias

Suatu hari Syubrumah dan Abu Hanifah menjumpai Imam Ja’far as Shadiq. Imam Ja’far as Shadiq bertanya kepada Syubrumah “Siapakah yang bersamamu ini?” Syubrumah menjawab “seseorang yang mempunyai visi dan memberikan pengaruh dalam masalah agama” Imam Ja’far berkata “diakah yang telah mengiaskan masalah agama berdasarkan pendapat sendiri itu?” dia menjawab ”Ya” Imam menoleh ke arah Abu Hanifah kemudian bertanya “siapa namamu?” dia menjawab “Nu’man”. Imam bertanya “wahai Nu’man, apakah kamu mengiaskan kepalamu?” dia menjawab “bagaimana aku mengiaskan kepalaku?” Imam berkata “aku tidak melihatmu melakukan sesuatu yang baik. Apakah kamu mengetahui kadar garam yang terkandung di kedua mata, kadar pahit yang ada dalam kedua telinga, kadar dingin dalam lubang hidung dan kadar manis di antara dua bibir?”

Abu Hanifah menyatakan kekagumannya dan ketidaktahuannya. Imam bertanya lagi “apakah kamu tahu kalimat yang awalnya adalah kufur dan akhirnya adalah iman?”Abu Hanifah menjawab “tidak”. Kemudian Abu Hanifah memohon kepada Imam Ja’far agar menjelaskan kepadanya makna ungkapan beliau. Imam berkata “ayahku memberitahuku dari kakekku Rasulullah saw, beliau bersabda ‘sesungguhnya Allah dengan keutamaan dan kebaikannya telah menciptakan kadar garam dalam kedua mata anak-anak adam untuk membersihkan kotoran-kotoran yang terdapat di dalamnya. Menciptakannya kadar pahit pada kedua telinga sebagai tameng dari binatang. Jika binatang masuk ke dalam kepala melalui telinga dan mengarah ke otak, maka karena rasa pahit itu dia akan keluar. Allah menciptakan kadar dingin dalam kedua lubang hidung agar udara dapat dihirup oleh keduanya. Seandainya tidak demikian otak akan membusuk. Allah menciptakan kadar manis di antara dua bibir agar dapat merasakan lezatnya makanan”. Abu Hanifah memandang Imam Ja’far sambil bertanya “beritahu aku tentang kalimat yang awalnya adalah kufur dan akhirnya iman”

Imam Ja’far menjelaskan “sesungguhnya seorang hamba jika mengatakan ‘tidak ada Tuhan’ maka dia kafir. Jika dia melanjutkan dengan kalimat ‘selain Allah’ maka itu adalah iman”. Imam kemudian mendekati Abu Hanifah dan berkata “wahai Nu’man, ayahku memberitahuku dari kakekku Rasul Saw bersabda ‘pertama kali yang melakukan kias dalam masalah agama dengan pendapatnya sendiri adalah Iblis. Allah berfirman kepadanya ‘sujudlah kamu kepada Adam lalu dia berkata ‘aku lebih baik darinya, engkau ciptakan aku dari api dan engkau menciptakannya dari tanah’